Jumat, 30 Mei 2008

BLT, sejauh mana kefektifan?

Program BLT (Bantuan Langsung Tunai) telah hadir di Indoneisa,
merupakan program kesekian kali,
guna membuat masyarakat bungkam menolak kenaikkan ini itu..
dan bukan pertama kalinya diterapkan di Indonesia sebagai bantuan langsung untuk keluarga miskin,
guna kompensasi dari kebijakan pemerintah yang makin menyulitkan pemerintah sebenarnya.

di Banda Aceh, salah seorang kechik or Kades,
merasa dirinya tidak pernah dilibatkan menjadi tim verifikasi data,
sehingga, dia sangsi penerapan program tersebut tidak tepat sasaran
Penelurusan kesalahan selalu berujung kepada data keluarga miskin tidak akurat

yang dikhawatirkan, penerapan program BLT akan kisruh seperti tahun lalu dengan persoalan yang sama.
Ada si miskin yang tidak mendapat bantuan, di lain pihak ada si mampu yang masuk dalam daftar penerima bantuan.
Data kependudukan di Indonesia, terutam di Aceh khususnya tidak pernah ditangani secara serius, tuntas dan berkelanjutan.
sehingga data keluarga miskin lagi-lagi diambil data tahun 2005.

Begitu banyak kegiatan besar, pengawasan dan sebagainya yang tergantung dari data-data tersebut.
SENSUS, PILPRES, PILKADA, pengawasan korupsi, pembagian bantuan keluarga miskin,
merupakan contoh-contoh yang penerapannya memerlukan dukungan data-data tersebut. Betapa banyak usaha berulang yang dilakukan untuk hal yang sama (update data kependudukan),
tapi tidak pernah berbuah sesuatu dengan akurat, yang ada hanya program menghabiskan dana anggaran.

Data kependudukan dan status keluarga di Indonesia harus dibenahi,
supaya pemerintah mendapat gambaran yang akurat mengenai keluarga miskin dan perlu dibantu.
Betapa besar manfaat dan penghematan yang dapat dicapai jika data tersebut tersedia dengan akurat.

ada beberapa langkah yang bisa diambil selain BTL,
misalnya :Model yang bisa dilakukan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu akibat kenaikan BBM maupun resesi pangan dan ekonomi global ini, adalah:
1. Dengan membangun sistem pajak progressive, bagi si miskin dan apalagi kaya.
2. Hasil pajak bukan untuk ‘pembangunan’ atau ‘proyek-proyek’ yang gak jelas apalagi untuk belanja rutin pejabat daerah, dichech kembali
3. Biarkan harga2 semua mengikuti mekanisme pasar global, yang perlu diperhatikan adalah penguatan ekonomi dan daya beli masyarakat
4. Mulai alihkan sistem devisa kita bukan hanya selalu kepada Dollar Amerika tetapi mata unag Euro atau Yen atau Yuan.
5. Mulai kreatif meningkatkan kemampuan SDM untuk mengelola kekayaan dalam negeri maupun untuk mulai mengekpor tenaga kerja trampil dan unggul ke luar
6. Memberi peluang yang sama kepada para profesional (bukan hanya politisi) untuk ikut memimpin dan mengelola negara ini dari level bawah sampai pusat.
masyarakat kini berharap, kebijakan BLT tetap akan bermanfaat dengan baik asalkan masyarakat kita juga tidak berani transparan, jangan menyerobot sesuatu yang bukan haknya, itu hanya untuk yang benar2 membutuhkan. dbs

1 komentar:

Raisa Kamila mengatakan...

terima kasih bang israsafril (tadi kukirain israfil. hehehe)

ya aku juga setuju begitu bang.
semuanya nonsense tanpa tindak lanjut yang nyata.

by the way, abang penggemar Subcomandante Marcos bukan?
secara title blognya itu "Kata Adalah Senjata.."

salam.